Catatan Yang Tertunda

Ada yang bilang kalo menulis adalah sebuah ekspresi paling intelek, gua termasuk yang meyakini hal itu. Itu sebabnya kenapa sejauh ini gua ga sukses menjadi seorang penulis. untuk mendapatkan cap sebagai penulis  menjadi coretan-coretan acak yang hanya mampir di selah-selah mimpi. Seharusnya gua sudah menyadari hal itu. Karna walau sering nulis, hal yang ga pernah bisa gua kuasai adalah menulis halus.

Baiklah.. Berarti  gua ga pelu lagi repot-repot untuk menentukan apakah gua seorang atau bukan penulis.? Jawabannya taulah.. B U K A N.

Ya iyalah. Bagaiman mungkin gua bisa jadi penulis kalo yang dibahas hanya seputar cerita yang terlalu biasa, atau menampilkan kejadian-kejadan aneh yang jauh dari menarik, sebaliknya, justru malah bikin orang jadi ilfil. Mempertanyakan hal-hal yang sama sekali ga penting. Sok-sok memaparkan data- data yang belum tentu ilmiah. atau menceritakan kekonyolan diri sendiri, emang sih kekonyolan-kekonyolan itu bener pengalaman pribadi, tapi sering kali justru ga signifikan dalam kehidupan gua sendiri, apalagi ntuk orag lain. *subjektif

So, kalo nulis halus aj gua ga becus, gimana mau bisa nulis buku?

Sungguh kenyatan yang ajaib.

Bomat lah.. Gua cuma berkeyakinan bahwa tulisan gua adalah kejujuran gua, etss sorry,,, maksudnya, kenaifan gua. Kenaifan ini yang pada akhirnya menyeret  gua untuk memilih jalur dnia maya bernama weblog. Ya. Blog menurut gua sangat pas untuk  gua jadiin sebagai pelarian sepuluh jari gua menumpahkan segala macam sampah otak. Entah kenapa, blog bikin gua ngerasa menjadi pribadi dan ekspresi yang naif. Mungkin -Ini mungkin aja, karena bisa jadi salah-, dengan naif gua ga harus jujur, tapi bukan juga pada akhirnya menjadi munafik atau pembohong. 😀

Yang terpenting gua seneng ngejalaninnya.. #sruputKopiHitam