Kanvas Lukis Itu Bernama Kulit Kayu

Melukis di atas kulit kayu yang dibuat dari pohon khombouw yang hanya hidup di hutan belantara tanah Papua bukanlah pekerjaan mudah. Simak bagaimana seorang perempuan bernama Martha Ohe berjuang untuk melestarikan budaya kerajinan lukisan kulit kayu yang merupakan kerajinan khas Pulai Asei Besar, Jayapura, Papua.

 

Jauh dari hingar bingar serta kesibukan kota, tidak menyurutkan sebagian warga yang mendiami Pulau Asei Besar untuk terus mengembangkan potensi dalam diri masyarakatnya yang di dapatkan selama turun temurun. Melukis di atas media kulit kayu, merupakan warisan budaya yang hingga kini tetap terlestarikan. Memanfaatkan kearifan alam serta kemajukan penduduk lokal, meski dalam keterbtasan membuat masyarakatnya lebih mampu membuat hasil karya yang tidak hanya terbilang baik, tetapi juga unik.

Adalah Martha Ohe, perempuan aseli tanah Papua yang memiliki keinginan kuat untuk mempertahankan warisan budaya nenek moyangnya. Namun,  keinginan yang kuat ternyata tidaklah cukup. Niatan baik dari seorang ibu yang memilik 1 orang anak perempuan ini tidak berjalan mulus. Bahkan di tentang oleh adat karena terdapat mitologi yang yang mengatakan bahwa melukis diatas kulit kayu hanya boleh dikerjakan oleh laki-laki saja. karena diyakini bahwa jika dikerjakan oleh perempuan, maka akan terkena penyakit. Namun seiring berjalannya waktu, sekitar tahun 80-an sudah ada persetujuan orang tua – orang yg dituakan dalam masyarakat adat- yang memperbolehkan kaum perempuan melukis diatas kulit kayu.

Melukis diatas kulit kayu merupakan budaya turun-temurun di tanah papua khususnya di Pulai Asei Besar, Jayapura. Dimasa lampau kerajinan yang dibuat dari pohon Khombow yang hanya hidup di d hutan belantara papua ini hanya digunakan untuk membuat pakaian. Seiring berjalannya waktu kulit yang batangnya berbuku-buku ini dimanfaatkan menjadi beragam kerajinan.

Menyadari dianugrahi Tuhan talenta melukis yang diturunkan dari ayahnya, Martha mencoba mengembangkan kreativitasnya. dengan membuat beraneka ragam kerajinan kulit kayu seperti tas, dompet, topi, dan kanvas lukisan. Bersama suami, Jackson Kere, Martha beralih dari nelayan dan mulai merintis usaha membuat kerajinan dari kulit kayu pada tahun 1992. Dengan menggunakan kole-kole (perahu kecil) mereka mencari kayu khombouw ke hutan dan kemudian menebangnya. Jenis kayu yang dipakai tidak bisa jenis kayu yang lain, haruslah kayu Khombouw, karena kayu ini seperti karet, bisa melar ketika ditarik. Kayu tersebut didiamkan kurang lebih dalam sehari untuk mengurangi getahnya. Kemudian diukur per jengkal dan dikuliti, kulit terluarnya dikikis baru ditumbuk menyerong dengan menggunakan bilah besi. Setelah ditumbuk besarnya bisa mencapai tiga kali lipat. Setelah itu di cuci dan di jemur di bawah matahari. Sehingga proses pengerjaannya bergantung pada cuaca. Jika cuaca cerah maka dapat kering dalam sehari dan dapat langsung dilukis. Martha juga membagikan ilmunya kepada perempuan Papua lainnya sebagai langkaj mencari regenerasi.

Ada beragam motif lukisan yang dapat dibuat. Menurut Martha, “tiap suku di Pulai Asei Besar,  memiliki motif yang unik. motif rasindale misalnya, merupakan motif untuk kepala suku (ondoavi) yang melambangkan kemakmuran. Motif ini hanya bisa dibuat oleh tokoh adat” ujarnya.

Motif lainnya antara lain motif khaley, yang artinya burung camar yang ada di Danau Sentani. Motif ini dipakai oleh Suku Nere, Wali, dan Ohe. Motif Khafele-fele, yang artinya ikan kecil-kecil digunakan oleh Suku Khere dan Nasabu. Sedangkan untuk motif Khafalu bisa dibuat oleh suku mana saja.

BERMITRA DENGAN PEMERINTAH & SWASTA

Sejak tahun 1992 martha bermitra dengan Pusat Pembinaan dan Pengembangan (P3W) untuk memasarkan hasil kerajinannya. Selain itu pemasaran dilakukan dengan dijual langsung. Banyak juga turis mancanegara yang membeli hasil kerajinan tersebut terutama saat Festival danau sentani. Jika sedang banyak pesanan pengahsilannya bisa mencapai Rp. 3 juta per hari, ungkapnya. Untuk mengembangkan modal usahanya Martha bermitra dengan bank BRI melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Menurut Asisten Manajer Bisnis Mikro Kantor BRI Cabang Sentani, Erys Parlin Saragih yang mendampingi Martha saat diwawancara di kiosnya di pinggiran Danau Sentani, program KUR ini sangat membantu masyarakat dan setidaknya pengusaha kecil bisa mengenal bank. Hingga saat ini BRI sudah mempunyai 1035 nasabah yang memanfaatkan program KUR. Erys berharap agar usaha mikro ini menggeliat tiap hari. Untuk itu, pihaknya akan mengundang pengusaha kecil se- Indonesia untuk dipertemukan sehingga bisa saling tukar menukar informasi. Pihak Bank BRI juga akan melakukan sistim bergilir dalam memberikan fasilitas kepada nasabah sehingga diharapkan ke depan akan semakin banyak Martha Ohe- Martha Ohe yang lain.

Dari Bank BRI Martha terpilih sebagai peserta pameran UMKM tingkat dunia di Belanda yang diadakan pada Mei 2012. Martha merupakan salah satu dari 13 peserta dari Indonesia yang terpilih mengikuti pameran UMKM tersebut. Sedangkan seluruh peserta pameran berjumlah 162 stan.

Sementara itu, Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Jayapura, Maria Bano mengatakan bahwa Kabupaten Jayapura akan mengupayakan untuk memiliki galeri untuk menampung hasil kerajinan perempuan Kampung Asei Besar, Sentani karena sampai saat ini banyak pengrajin perempuan dari kampung lainnya yang bisa membuat kerajinan namun tidak bisa memasarkannya. Tujuannya jelas, agar kerajianan kulit kayu ini tidak hanya bisa di nikmati olaeh wisatawan asing aja, teteapi juga merambah pasar lokal.

One thought on “Kanvas Lukis Itu Bernama Kulit Kayu

Leave a comment