menuju negeri sriwijaya (tanpa editing)

seperti status yg saya tulis saat ini, bahwa saya “ingin menuliskan sesuatu yang indah, dan mudah di cerna“.. . namanya status kan sesuai sama apa yag ada di pikiran… sederhananya, saya pengen bgt nulis tentang perjalanan dalam bentruk yang lebih “gila” dalam pergumulan kata.. sesuatu yg mungkin tidak biasa, atau barangkali keluar dari pakem yang ada tentang sebuah Caper (acatatn perjalanan)..

Soal mampu atau tidak saya melakukannya,  saya pikir itu ada di deretan ke 50 sekian… toh itu yg ada di pikiran saya saat ini…

mengutip dari catatan salah satu blog tentang sebuah perjalanan sastrawan http://berbagi-mimpi.info/tag/sastra-perjalanan/, bahwa:

jalanan telah menjadi elemen yang penting dalam banyak karya sastra. Contohnya antara lain epik Odyssey (kira-kira 850 SM ) Homer dan Gilgamesh (diperkirakan sekitar abad ke-20 SM). Belakangan, catatan perjalanan murni akhirnya dianggap memiliki elemen sastra. Orang-orang memperlakukan catatan perjalanan Ibn Battuta, seorang agamawan asal Maroko dari abad ke-12 yang berkelana hingga sejauh Cina–yang artinya semua bagian dunia yang diketahui orang waktu itu–sebagai karya sastra.

Selain dapat memberikan petualangan eksotis, karena ditempuh di tempat-tempat yang asing, karya-karya bertema perjalanan juga menawarkan informasi tentang adat dan kegiatan orang di tempat lain. Bahkan, karya-karya semacam ini berpotensi menanamkan gagasan kepada pembacanya, baik itu gagasan yang positif maupun yang negatif. Dan potensi ini telah dimanfaatkan orang sebelumnya

Pada masa kolonialisme Inggris, banyak prosa perjalanan yang ditulis orang-orang Inggris yang berkelana ke negara jajahannya seringkali memuat gagasan-gagasan yang mendukung kolonialisme. Karya-karya ini bisa menggambarkan para pribumi di negara jajahan mereka sebagai kaum yang “kurang beradab,” sehingga perlu diberadabkan melalui penjajahan. Terkadang, prosa perjalanan juga menggambarkan bagaimana kehadiran bangsa penjajah berhasil meningkatkan harkat hidup pribumi. Tapi ada juga penulis prosa perjalanan yang bersikap sebaliknya.

saya sadar betul bahwasanya saya bukanlah Dee atau Andrea Hirata yang keduanya mempunyai karya besar dalam Prosa perjalanan, Dee dengan Akar Karya supernovanya dan  Andrea Hirata dengan karya besarnya, Edensor.

Namun demikian saya akan mencoba untuk menuliskan sebuah catatan perjalanan yang ringan namun nakal. dan yang terpenting dari gulungan rol sebuah perjalanan tidak hanya mendeskripsikan tempat-tempat indah  yang terekam mata atau  menyajikan petualangan eksotis, akan tetapi mampu mengobarkan gairah yang tidak akan kita raih manakala hanya menjalani hidup dengan ritual yang biasa kita jalani dalam rutinitas biasa-biasa saja. Dengan kata lain, “oleh-oleh” dari sebuah kisah perjalanan tidak sebatas foto-foto dan cerita-cerita saja, tapi juga suvenir hikmah.  Seperti kata temanku tadi saat dia mengemblok tas ranselnya sesaat seblum meninggakan saya,,, “jangan lupa oleh-olehnya ya bray..!!! ehmm,.

barangkali kalau saya habis terdampar di pulau paling terpencil sekalipun, ketika pulang pasti yang pertama kali di tanya… oleh-olehnya mana??

kita lupakan soal oleh-oleh… (soal itu gimana nanti aja ya)… perjalanan saya kali ini menuju Negeri Sriwijawa, Palembang.. –kata temen saya– kurang lebih 16 jam menggunakan bis dari jakarta menyebrangi pelabuhann merak melalui jalur luntas Sumatra, seperti apa dan sebesar apa jalur tersebut memacu adrinalin? Insya Allah akan saya tulis dalam Caper berikutnya..  yang terpenting semoga langkah kaki saya kali ini berhasil menunjukkan hikmah-hikmah positif yang bisa ditawarkan oleh kisah perjalanan. Selebihnya mampu mengajak menikmati momen demi momen kehidupan, tidak hanya sekedar mengejar sebuah tujuan.

Ini memang bukan ajaran baru dalam kisah perjalanan saya bersama teman-teman di Jakantor. sebelumnya saya pernah terbang ke negeri Borneo Kalimantan Timur. tidak berbeda jauh dengan perjalanan saya sebelumnya, puncak dari perjalanan kali ini adalah menyaksiakan dan mendukung PERSIJA JAKARTA yang di jamu Sriwijaya FC yang akan berlaga di Stadion Jaka baring, Palembang.

Semoga apa yang saya cita-citakan dalam perjalanan ini, untuk menuangkan kidahnya dalam sebuah catatan yang indah, nakal, telanjang dan penuh gairah, sukses tanpa halangan yang berarti…  nantinya Mampu menorehkan oresan-goresan serta gagasan yang padet dan ga garing… dan untuk sekarang ini semoga perjalann ini berjalan dengan baik, selamat sampai tujuan dan kembali dalam keadaan baik dan selamat..

::semoga::

sampai jumpa di palembang, sampai bertemu di catatan berikutnya

Leave a comment