AKU SI BINATANG JALANG

SIAPA YANG TAK KENAL DENGAN CHAIRIL ANWAR???

Dialah pencipta AKU SI BINATANG JALANG. Sang maestro yang wafat tepat 28 April, 63 tahun silam

Dan, hari ini, Sabtu, 28 April 2012.  Sayapun tergelitik untuk menulis tentang sosok yang pada masa perang turut melawan penjajah yang di terjemahkan lewat kata dan tulisan-tulisannya. Hingga berujung dengan berulang kalinya Chairil Anwar di jebloskan ke dalam pasung bui oleh pemerinta kolonial.

Saya bukan pengamat atau pembuat syair, saya juga bukan pandai sastra, namun sebagai orang muda, saya percaya bahwa Aku mau hidup seribu tahun lagi yang di torehkan Seorang Chairil, Menandakan puisi memang tak pernah mati, puisi akan hidup dalam sanubari anak-anak negeri di tiap generasi. Dan yang pasti tak terbatas hanya pada satu laspisan usia di tiap jaman.

Masih ingat salah satu cuplikan film AADC (Ada Apa Dengan Cinta) yang diperankan Dian Sastrowardoyo dan Nicholas Saputra? Dalam salah satu adegan diperlihatkan Cinta (Dian Sastrowardoyo) membaca sebuah buku berjudul  “AKU” . Di film tersebut buku berjudul  “AKU” memiliki daya tarik tersendiri karena  mengusung nama besar salah satu penyair Angkatan 45 yaitu Chairil Anwar. Ini bisa di jadikan tolak ukur, betapa “AKU”  tidak hanya sepanggal catatan biasa, akan tetapi telah menjelama menjadi karya yang menorehkan sejarah dalam ke-susastraaan Indonesia.

Dari banyaknya Syair yang di lahirkan oleh Chairil Anwar,  “AKU” menjadi satu dari beberapa karyanya yang begitu terkenang.

Bukan perkara gampang menabak-apa di blaik penciptaan  “AKU”, tapi yang jelas keingin tauan saya tentang kata sederhana itu, membuat saya semakin terpacu serasa menggebu. Kegairahan saya begitu menggelora untuk masuk lebih dalam.

I-nternet menjadi incaran empuk untuk mencari berbagai sumber data yang mengungkap segala hal yang berkaitan dengan diciptakannya  “AKU” oleh sang Pelopor Punjangga tahun 45 ini.

Dan penelusuran membawa saya pada sebuah video yang beberapa waktu lalu mungkin telah tayang di Metro TV, saya menemukannya di arship  http://metrotvnews.com. dan meski tidak begitu detail saya coba memindahkan narasi yang ada di video tersebut menjadi deretan kata yang tertuang dalam postingan yang sedang Anda baca ini.

***

Risalah Chairil Anwar

Ada yang menarik soal  “AKU”, kenapa aku? kata aku di kala jelang merdeka, tak cukup gaul masa itu, karena dalam kata aku tercermin jelas tampak keangkuhan bahkan ego sentrisme, namun di sinilah kekuatan aku sebagai puisi yang mampu menembus jaman, antar entitas dan antar negeri. Bahkan judul syair sajak ini  takan ada bandingananya dalam sejarah Indoensia Modern,”AKU” tetep mampu menarik banyak insan bahkan menembus jaman.

kata aku terkadang bersifat informal, terkadang terasa memukul sembari busung dada dan meninggalkan kesan menuntut ke segala arah, baik kepada si pembicara maupun orang yang di ajak bicara. Berbeda dengan saya yang lebih dekat sebagai kata ganti orang pertama. Aku jelas berbeda dengan pakem ibu bahasa melayu yang umumnya lebih memilih Hamba, Abdi, Kaula, Dalem dalam bahasa tatanan jawa untuk menghormati orang kedua, lalu mendapuk Mas, Mba, Tuan , Bapak, Ibu, Tuan kepada orang kedua meski tak pandang usia, untuk tatak krama dan untuk menghormati.

AKU 

Kalau sampai waktuku 
‘Ku mau tak seorang kan merayu 
Tidak juga kau 

Tak perlu sedu sedan itu 

Aku ini binatang jalang 
Dari kumpulannya terbuang 

Biar peluru menembus kulitku 
Aku tetap meradang menerjang 

Luka dan bisa kubawa berlari 
Berlari 
Hingga hilang pedih peri 

Dan aku akan lebih tidak perduli 

Aku mau hidup seribu tahun lagi 

Menarik lagi di tengah glora harapan merdeka tahun 1940an, kata aku model chairil anwar, adalah bentuk pemberontakan terhadap kolonial. Bukan ego yang membusung lagi membumbung, individualisme yang menyengat tajam, menusuk hidung, bahwa Aku ada sekalipun di depan belati dan bedil yang terhunus. Sebuah Nasionalisme kebangsaan dari si terjajah, teraniyayah hendak dirumus chairil di tengah hegomoni penjajah kompeni atau saudara tua dari negeri matahari terbit.

Maka bukan kebetulan lagi, Chairil Anwar menyebut pula kata “jalang”, sepapas kalimat”dari  kumpulannya terbuang”. Terasa di himpit kekuasaan, diinjakan, di libas lalu di campakan, sebuah pemberontakan dari kaum tertindas kelak di kemudian hari ikut mengilhami pablo freire menyusun pergerakan kaum bawah tanah.

Chairil paham benar, bahwa aku adalah heroisme yang mengundang resiko sangat-sangat besar, yang barangkali tak ia sadari bahwa ia  benar-benar sendirian tapi juga tragis.

Kata aku dengan hentakan kaki di masa perang hingga merdeka pula di tampik lugas, ketika Bungkarno di tahun 1945 menolak gagasan untuk mecantumkan hak hak asasi manusia dalam konstitusi, kata aku juga menuntun stigma bahwa individi sebagai aku adalah pangkal dari kekacauan dan disharmoni sosial.

Aku adalah ke”AKU”an jati diri hak asasi, meski serasa sepi, sunyi dan menyendiri.

***

Kini sang maestro telah memenuhi janjinya untuk bisa berisitirahat selamanya di karet, tidak hanya itu dia juga memenuhi janjinya untuk bisa hidup seribu tahun lagi, melalui karya-karya yang menorehkan sejarah dalam ke-susastraaan Indonesia, karena puisi tidak pernah mati, Puisi akan selalu hidup dalam diri di tiap – tiap generasi Ibu Pertiwi.

Syair Chairil Anwar mampu menembus dan diterima para penerus generasi, bahkan menjadi masterpiece sastra Indonesia sampai detik ini.

One thought on “AKU SI BINATANG JALANG

Leave a comment