Ke-Egoisan Seorang Yang Sombong

Ini mungkin pernyataan yang agak sombong dari seorang gua yang memang egois.

Pernyataan ini berkaitan dengan berkurangnya intensitas gua menengok blog gua beberapa hari ini, boro-boro mao nulis postingan, ngelongok aja kaga.

Sebenernya dorongan buat nulis dan membuat postingan terasa kenceng banget, tapi bingung juga apa yang kemudian mao di tulis.. lah terus kalo kenyataannya kaya gitu, apa gunaya gua buat blog ya.. *mikirkeras* hehehehehe

***

Wokeh.. gini, belakangan ini gua ngerasa kalo hidup gua di luar dari kebiasan keseharian gua, serasa sangat serius, tanpa candaan, dan terkesan sangat kaku. *mirip-mirip kanebo yang ga tekena aer*  dan kalo merujuk ke postingan-postingan gua sebelumnya, seandainya saja gua memaksakan diri untuk tetep mosting aktifitas gua beberapa hari belakngan ini, akan berakibat vatal, pasti akan terlihat sangat jungkir balik. Kerana sudah bisa di paatiin bakalan jauh dari lelucon seprti tulisan-tulisan gua sebelumnya, tak ada banyolan gila dari seorang yang seringkali lupa sebagai manusia ganteng di tiap kejadian yang gua lakuin, nyaris tak adah kisah menyeramkan yang mampu membangunkan kedodolan yang biasa gua perbuat.

Sebenernya sih gua ngerasa bedosa dan durhaka terhadap otak dan badan gua, karena memaksakan keduanya untuk hidup di luar kebiasannya. memenjarai keduanya dalam terali rutinitas yang begitu kaku. ini belum termasuk mata yang juga (mungkin) teraniaya, karena seringnya gua memberi jatah mata yang terlalu minimalis. Intinya belakangan ini angka kesibukan gua menujukan di level 10.

Itu kenapa di awal gua bilang kalau gua begitu egois.

Dan… Pemicu dari keegoisan tingkat dewa gua ini adalah pekerjaan. Selain menumpuknya kerjaan di kantor yang tak kunjung terselesaikan. juga di tambah dengan beberapa kerjaan luar yang semuanya serba terburu-buru. Nyelesain kerjaan hingga nyaris pagi dan kembali terjaga sebelum matahari lahir dari peraduannya. Bahkan beberapa kali mengalami hal yang nyaris membuat jantung gua loncat dari sarangnya. *adrinalin terasa lebih tegang dari saat naik roller coaster* (yang empun said, emang lo udah pernah naik roller coaster?.. hehehehehe belum sih :D)

Bodohnya gua adalah, kenapa bisa orang seancur dan sedodol gua ini bisa kalah dengan kondisi. Meski pada akhirnya gua tersadar, ga seharusnya gua kalah oleh kondisi yang sempet bikin gua ngerasa termajinalkan sebagai orang yang bebas, gerasa tertekan sebagai spesies bumi yang senang memberontak.

Seharusnya gua memang bisa megatasi kodisi itu, yahhh setidaknya nga sampai terhanyut ke dalam gorong-gorong pekerjaan yang mengakibatkan jungkir baliknya gua dari makhluk yang sebenrnya “tolol” menjadi manusia yang sok serius.

Pembelajarannya: Bahwa ga semua hal yang kita inginkan akan teriyakan, dan tidak semua yang kita tolak akan terhindari..

Jadi nikamtin apa yang kini ada di hadapan, tanpa perlu mencari lebih atau berusaha untuk mengurangi 🙂

Leave a comment