Dalam Diam

Gua pikir hari ini gua akan mendapatkan kebahagian.. Halaaah ternyata perkiraan gua jauh meleset.. bukan kebahagian justru malah murung yang menghampiri di penghujung siang ini. Yang jelas ini bukan salah siapa- siapa, ini sepenuhnya ketololan gua sendiri, karena kelewat percaya diri, terlalu bangga dengan apa yang sudah gua lakuin, padahal apa yang gua lakuin sesungguhnya belum tentu baik bagi orang lain yang menilainya.

ini serius…

Kepercayaan gua terlalu besar, mungkin melebihi dari yang seharusnya, berfikir bahwa gua ga akan pernah pernah menuntut timbal balik dari apa yg gua lakuin, sederhananya gua ga pernah berfikir untuk mendapatkan imbalan dari keloyalan gua berbuat sesuatu. padahal orang lain di sekitar gua belum tentu berfikir sama dengan apa yg gua fikirin.

Dalam kondisi normal menurut gua sih prinsip ini baik, sayangnya dalam beberapa moment ini menjadi bomeerang tersendiri buat gua. Kenapa gua bilang gitu?, karena dalam kondisi tertentu tiap orang mengalami tekanan dan kondisi yang mungkin berbeda, jadi wajar kalo akhirnya datang sebuah anggapan dimana apa yg gua lakuin ini tak begitu berguna.

Barangkali ada baiknya kalo gua memilih untuk berdiam diri. gua percaya kalo “diam adalah marah yang paling baik” dan sesegera mungkin membuka lapisan otak, lalu membuka sebuah coretan yang terselip danterbenam di dalamnya, catatan yang mengatakan bahwa “Petaka adalah ketika kita berfikir bahwa orang lain memiliki pemikiran yang sama dengan apa yang sedang kita pikirkan”, Lantas meremahnya dan segera menelannya.

Ya.. dengan begitu mungkin akan ada sebuah harapan dimana sebuah kata yang sederhana akan terlontar dari dalam hati gua yang terdalam, sebuah kata bertuliskan MAAF yang keluar dari dalam hati ini, yang benar – benar tulus. Semoga

Leave a comment