Antara Masker dan Absurditas

Tulisan ini sebagai penepatan janji atas tulisan gua sebelumnya.. Tanpa Judul
Tapi mohon maaf, kalo tulisan yang bakal Anda baca ini.. agak-agak ga biasa.. alias serius.. 😀

Sambil menunggu jarum jam berada di posisi di mana menujuk pada sepiring nasi di meja siang ini. keisengan tingkat dewa saya kembali memuncak. Keinginan untuk membuat postingan ini rasanya sulit untuk di bendung, meski ga tau harus nulis apa dan dengan tema yang bagaimana.

Sama halnya dengan saya yang sama sekali ga mengerti dengan istilah absurd, yang kerap digunakan oleh orang-orang pada saat ngetwit di akun Twitternya.

Istilah absurd kini menjadi populer di kalangan kaum muda (penggila mikro blogging) Jakarta. Menurut majalah.tempointeraktif.com, fenomena ini bukan karena kegandrungan orang terhadap absurditas, tetapi karena kerancuan pemakaiannya. Istilah itu sering menjadi amat dangkal dipraktekkan. Ia sering disamakan dengan segala sesuatu yang “asal aneh” atau “asal tak bisa dimengerti”. Lebih lanjut lagi, “ketidakmengertian” itu sering bukan disebabkan karena obyek yang harus dimengerti itu tidak masuk akal, tetapi karena ia yang mencoba mengertinya ternyata tidak atau belum berpikir logis. Kendati Esselin menyatakan absurd (secara harfiah berarti mustahil, tak masuk akal). Continue reading