MY GAME IS (not) FAIR PLAY?

Kalo boleh  jujur sih sebenernya gua ngiri, ketika baca berita-berita bola yang berseliweran hari ini di internet. Tim A bantai tim B dengan telak. Tim anu kalah kelas sama tim itu. Tim itu belum puas , karena Cuma maen 1 ronde, padahal ritual persiapannya sampe ngabisin 5 butir telor sama 1 botol madu.. *lho (mulai ngaco).

Okeh.. kita lanjut, yang bikin gua ngiri, karena gua kangen sama Persija. Rindu akan berita indah seorang BP yang mencetak sebuah gol ke gawang lawan, setelah menerima umpan dari Ismed Sofyan. Tentang Pendukung Persija yang sekan tak lelah terus bernyanyi di GBK. Cerita, gimana membaranya sector 3 SUGBK tiap kali Persija Berlaga. Dan atau… aahhh… pokonya rindu gilaaa.

Dan, dari sekian banyak kabar yang gua mampirin malam ini, ada 1 berita yang cukup menarik.. Yup sebuah kabar yang cukup menggembirakan. Artikel pendek yang membuat gua harus menutup buku perahu kertasnya Dee Lestaari setebal 444 halaman, yang belakangan ini getol bangat gua baca, dan memilih untuk selingkuh sama monitor dan internet. Sebuah kabar yang akhirya bisa nahan iler gua yang hampir ngeces. Berita tentang sebuah penyelanggaraan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), yang di selengarakan oleh PT Liga Indonesaia, Kamis, 27 Oktober 2001.

 Semoga saja dengan adanya RUPS ini, menjadi isyarat dan sebuah pertanda baik, terutama yang menyangkut persoalan Persija (yang benernya). yang mengejutkan adalah, menurut kabar yang gua baca dari Vivanews, bahwa penyelenggaraan RUPS itu sempat mendapat ancaman dari pihak PSSI. Weww… (makin menggabarkan keserakahannya)

beugghhh.. Sepertinya, ancaman itu lebih kepada rasa dendam. Api dendam yang membakar hati keras para petinggi PSSI kini. Bisa jadi karena mereka adalah orang-orang yang berpihak kepada pendukung Arifin Panigoro (penggagas Liga Primer Indonesia), yang pada rezim sebelumnya menjadi kubu yang bersebrangan dengan kepengurusan yang sah. Nah, kalo kita mao sedikit menilik, -tanda kalo dendam itu benar ada- ternyata nyaris semua yang yang dulu menjadi bagian kepengurusan sebelumnya di babat habis tanpa basa-basi .

Di luar internal PSSI, Contoh paling deket dan gamblang adalah, kasus Persija. Ferry Paulus yang dipilih secara sah, disaksikan pengurus PSSI juga tetap digoyang, dengan memihak kepada kubu lainnya, sebagai pengelola Persija, yang jelas-jelas tidak memenuhi kriteria alias illegal, bahkan PT. yang menaunginya pun telah dinyatakan bangkrut.

Makin terlihat jelas bahwa ini adalah sebuah dendam.  Seperti kata sebuah ungkapan lama bahwa “Balas dendam itu manis”, dan itu yang terjadi sat ini di kepengurusan PSSI,  hingga melupakan etika, norma dan kalau perlu menabrak aturan sendiri.

Kalo sudah begini, udah ga penting lagi Bola yang bundar, dan rasanya terlalu naïf kalo kita bicara tentang sebuah Fair Play. Faktanya, orang-orang yang mengurusi sepak bola justru seolah lupa kalo mereka bagian dari lingkaran sepak bola, sebuah olah raga yang idealnya menjunjung tinggi sportifitas.

 Dan… kini, norma dan etika seolah hanya tinggal cerita.

Lalu bagaimana dengan MY GAME IS FAIR PLAY?

Leave a comment