Transportasi Layak Menuju Pulau Seribu

Bagi mereka yang pernah berkunjung ke Kepulauan seribu dengan melewati pelabuhan Muara angke bisa dipastikan mempunyai kesan tersendiri, ini dikarenakan pelabuhan yang –entah cukup, lumayan atau sangat- kotor, belom lagi akses dari luar menuju keelabuhan tersebut, selain becek, airnya tergenang di sepanjang jalan dengan warna hitam plus hitam pekat. Belom lagi aroma yang di timbulkan sangat tidak menusiawi.

 Tapi itu dulu, kini pelabuhan ga ada lagi cerita se[erti itu, kalaupun ada, hanya baunya saja ketika akan masuk ke palabuhan. Karena kini khusu untuk wisatawan telah dibuka Pelabuhan Muara angke baru, orang biasanya menyebutnya Kali Adem. Dsini lokasinya cukup lumayan untuk sebuah pelabuhan di Jakarta.

Lokasinya tidak terlalu jauh dari pelabuhan yang lama, dari Terminal belok ke kiri lalu terus melewati penjemuran ikan. Hingga ke ujung jalan. Di pelabuhan ini memang tidak ada kapal kayu besar (ojeg), yang ada hanyalah transportasi berupa kapal motor dengan ukuran sedang, yakni KM Lumba-lumba dan KM Krapu yang agak kecil, dengan harga yang cukup ideal. Antara 25.000 – 30.000 rupiah plus biaya asuransi sebesar 2.000 rupiah.

Bagi wisatawan yang ingin membawa kendaraan sendiri berupa motor/mobil, ga perlu khawatir, karena di pelabuhan baru ini juga menyediakan lahan untuk “parkir inap”  yang cukup luas, dan pastinya dijamin aman.. untuk biaya tergantung “moral” dan kebijakan anda dalam bernegosiasi.

Tambahan info buat yg mau wisata ke pulau seribu
kembali dibuka sarana transportasi yang lebih manusiawi : 

KM. LUMBA-LUMBA

  • Lintasan 1: M.Angke – P.Untung Jawa – P.Pramuka – P. Tidung (PP)
  • Lintasan 2 : M.Angke – P.Untung Jawa – P. Tidung (PP)

 Jadwal Keberangkatan dari Pelabuhan Muara Angke : Pukul 08.00 dan 13.00 setiap harinya

KM. KERAPU

  • Lintasan 1: M. Angke – P. Untung Jawa – P. Pramuka – P. Kelapa (PP)
  • Lintasan 2: M. Angke – P. Untung Jawa – P. Pari – P. Pramuka – P. Kelapa (PP)
  • Lintasan 3: M. Angke – P. Untung Jawa – P. Lancang – P. Payung – P. Tidung (PP)
  • Lintasan 4: M. Angke – P. Untung Jawa – P. Lancang – P. Pari – P. Pramuka (PP)

 Jadwal Keberangkatan dari Pelabuhan Muara Angke : Pukul 07.00 dan 12.00 setiap harinya

Surga di Pesisir Jakarta

Sangat menarik di bawah air lanskap dengan batu besar. Ada banyak lembah dan celah-celah untuk mengeksplorasi. Ikan dan kehidupan avertebrata beragam dan berlimpah. Terumbu karang berbatu ditutupi dengan karang lunak, gorgonian dan bintang bulu. Sedang di sisi selatan dan barat pulau Payung menawarkan lanskap terumbu karang yang paling menarik. Sebuah batu dalam bentuk meriam terletak di kedalaman 5 m di ujung selatan pulau.

Daerah yang terlalu besar, serta penduduk yang tak terlalu banyak nan ramah, manjadikan pulau ini alternatif berkunjung ke kepulauan seribu, di luar pulau-pulau lainnya. Dan Seiring dengan perkembangan wisata Pulau Tidung Kepulauan Seribu, pulau seluas 20 hektar itu kini juga kian diminati wisatawan untuk dikunjungi, khususnya di akhir minggu dan libur panjang. “Lebaran kemarin, pengunjung yang datang ke sini sekitar 500 orang,” tutur Salim (31 tahun), warga Pulau Payung, Senin (5/09).

Kebanyakan mereka yang datang ke pulau bependuduk sekitar 150 jiwa itu wisatawan dengan tujuan utama Pulau Tidung yang setiap akhir minggunya dibanjiri ribuan pengunjung. Dari Pulau Tidung, Pulau Payung bisa ditempuh sekira 20 menit menggunakan kapal tradisional. Dari atas Jembatan Cinta, ikon wisata Pulau Tidung, pulau Payung nampak terlihat.

Selam dangkal (snorkeling) adalah aktivitas yang paling sering dilakukan di pulau itu. Kegiatan itu banyak disediakan penyedia jasa wisata yang didirikan putera pulau atau dari luar pulau sebagai paket wisata ke Pulau Tidung.

Wisatawan biasa melihat panorama bawah laut di sekitar gudus, gundukan batu dan koral yang mengitari Pulau Payung. “Snorkeling di Pulau Payung bagus banget,” kata Nadhifa Ramadhani asal Jakarta dalam kicauan di jejaring sosialnya, Senin (5/09). Sayangnya, kata Nadhifa, kondisi sebagian terumbu karang di pulau yang masuk wilayah Kelurahan Tidung itu rusak dan mati.

Usai selam dangkal, wisatawan “naik ke darat” mengunjungi pulau untuk melepas penat atau mengisi perut dengan panganan yang disediakan para penjual makanan dan minuman yang berjejer tak jauh dari pelabuhan. Sebagian ibu-ibu membuka warung dadakan dengan membuat tenda.

Selain itu, wisatawan juga biasa berlama-lama menghabiskan waktu di di pinggir pantai berpasir putih atau mengambil gambar yang lokasinya juga tak jauh dari pelabuhan utama. Lokasi itu makin menarik lantaran ditumbuhi pohon cemara di sepanjang pesisir pantai.

Bagi Salim dan kebanyakan penduduk Pulau Payung, kehadiran wisatawan itu sangat dirasakan mendongkrak pendapatan mereka yang umumnya berprofesi sebagai nelayan. Kapal-kapal nelayan yang biasa mereka gunakan memancing kini lebih banyak dimanfaatkan untuk disewakan kepada wisatawan yang hendak selam dangkal di sekitar pulau atau di pulau-pulau lain seperti Tidung Kecil, Air, atau Karang Beras. “Hasilnya sudah pasti ketimbang memancing. Apalagi sekarang ini ikan juga susah didapat,” Kata pemilik tiga kapal tradisional ini.

Salim bercerita. Sekarang ini sejumlah rumah penduduk sudah mulai disewakan kepada wisatawan yang sengaja hendak berlibur dan menginap di Pulau Payung. Tarif menginap tak jauh beda dengan Pulau Tidung. Beberapa jasa travel mulai bekerjasama dengan penduduk di sini. “Jumlah penginapan kurang lebih 4 buah,” terangnya. Ke depan Salim berharap wisatawan yang berkunjung bisa terus meningkat dan tentu saja itu makin menambah berkah ekonomi warga Pulau Payung. [] (AMDJ)

NB: bagi yang berminat untuk merasakan sensasi berkemah di pinggir pantai, Dan melihat secara langsung bagaimana indahnya biota bawah laut pulau payung langsung aja hubungi http://eloknusa.com