Introspeksi Masing-masing

>> Penulis : Bahtiar Riva’i

 

Sejak siang saya sudah siap bergegas ke Stadion untuk menyaksikan laga Persija Jakarta, namun pada siang itu cuaca kurang mendukung dikarenakan hujan lebat. Jadilah saya baru berangkat selepas hujan reda. Dengan perasaan senang dan yakin pada pertandingan nanti Tim kesayangan saya akan meraih point 3 pada hari ini. Setibanya ditempat biasa kami kumpul untuk reservasi tiket pertandingan langsung merapat kedalam stadion karena memang sudah mau mulai pertandingan sore itu. Didalam stadion belum ada hal yang berbeda terjadi karena memang sebagian sporter masih banyak yang berada diluar stadion.

Kick off yang ditunggu2 pun akhirnya ditiup oleh wasit asal Malaysia. Pertandingan babak pertama berjalan masih tidak terlalu cepat,namun di menit ke -9 sang kapten membuka kemenangan Persija melalui sodoran umpan dari sayap. Tapi, lawan Persija hari ini yaitu Persiba memberikan perlawanan yang berujung gol yang diciptakan Aldo Bareto. Skor 1-1 bertahan sampai turun minum.

Nah, yang ingin saya kemukakan sebenarnya bukanlah jalannya pertandingan disini. Sebagai info pada pertandingan tersebut Persija berhasil meluluhlantahkan Persiba dengan skor telak 5-1 berkat gol yang disumbangkan oleh Kapten Bambang Pamungkas, Agu Chasmir, M. Ilham (2), dan Aliyudiin. Ada beberapa point yang menjadi catatan saya ketika pertandingan ini mengenai sporter Persija Jakarta yaitu Jakmania. seperti diketahui pada pertandingan ini pendiri Jakmania (JM01) Gugun Gondrong hadir langsung ke stadion untuk kembali menjadi bagian dari Jakmania. ketika istirahat babak ke-2 Gugun Gondrong  berkeliling untuk kembali menyapa Jakmania yang berada distadion saat itu.

Miris hati saya ketika segerombolan Jakmania yang kami perintahkan untuk memberikan dukungan kepada Gugun Gondrong ternyata mereka “tidak mengenal” sosok Gugun Gondrong dan menolak bernyanyi untuk Gugun. Sedih banget rasanya melihat mereka seperti itu, padahal tidak akan ada mereka jika tidak ada Bang Gugun Gondrong dan teman2 JM lainnya sebagai pendiri Jakmania saat itu. Namun setelah dijelaskan oleh beberapa rekan Jakmania lainnya bahwa Gugun Gondrong adalah salah seorang pendiri Jakmania mereka langsung memberikan nyanyian semangat bersama puluhan ribu Jakmania lainnya.

Terharu saat itu ketika kembali melihat bang Gugun dengan senyum khasnya dapat menggambarkan kegembiraan dalam hatinya. Rasanya saya sampai tak mampu bernyanyi karena perasaan haru pada seorang Gugun (kalau ngga ada orang laen kayaknye netes juga tuh air mata ane). Semoga memori bang Gugun dapat kembali pulih dan dapat kembali berkumpul dengan Jakmania lainnya dalam mendukung Persija Jakarta.

Hal kedua yang membuat saya tidak puas akan kekompakan Jakmania saat ini. Pada awal pertandingan stadion begitu bergemuruh dengan 1 satu suara dipimpin dirigen utama. Namun ketika beberapa kumpulan Jakmania masuk dan mengusung para “dirigen dadakan” suara Jakmania tak lagi padu dan Kompak. Tidak mengikuti dirigen utamanya dalam bernyanyi dan beratraksi, tapi bernyanyi berbeda dengan dirigen utama, sehingga sangat tidak enak terdengar. Malah banyak juga nyanyian yang tidak sesuai dengan keadaan saat jalanya pertandingan. Contohnya ketika Persija unggul jauh dari lawannya, mereka malah bernyanyi seolah2 Persija sedang dalam kekalahan.

Miris yang kedua kali saat ini kayaknya melihat para “dirigen dadakan” beserta anggotanya seperti itu. Sangat berbeda dengan 1 suara yang dulu pernah saya rasakan saat mendukung Persija dengan kompak, padu, atraktif diseluruh isi stadion.

Kejadian lain ketika pertandingan yang membuat saya tidak enak adalah tindakan para Korlap dalam mengatur Jakmania lainnya. Saat pluit tanda berakhirnya pertandingan ditiup, sontak Jakmania yang hadir merasa gembira akan kemenangan yang diraih saat itu. Dan beberapa Jakmania yang masuk kestadion untuk berusaha mendapatkan foto sang idolanya. Namun ketika Jakmania masuk lapangan, beberapa Korlap melakukan hadangan kepada para Jakmania tersebut. Hadangan yang hampir menjurus kepada kekerasan, dan tidak sewajarnya dilakukan.

Yang menjadi pertanyaan saya, apakah Korlap itu harus keras terhadap Jakmania lainnya ?, bukankah Korlap itu kepanjangan dari Koordinator Lapangan yang seharusnya mengkordinir setiap elemen yang ada di Jakmania.bukankah Korlap itu adalah Jakmania juga?, itu pertanyaan yang tidak harus dijawab dengan kata-kata menurut saya. Sepertinya Jakmania yang masih tanggung yang masuk kelapangan tidaklah perlu diperlakukan secara kasar dalam menertibkannya. Justru bila kita perlakukan secara halus, mereka juga akan mengerti. Kami menghormati para Korlap sebagai pemimpin dilapangan, namun perlakukan para Jakmania yang masih perlu diajarkan kearah yang positif dengan cara yang baik pula. Karena mereka bukanlah musuh kita, mereka juga pecinta persija, dan mereka juga yang akan menjadi penerus kalian. Jika ajaran yang kalian tularkan kekerasan maka bukanlah tidak mungkin dimasa mendatang mereka akan melakukan cara kekerasan.

Dengan tulisan ini, saya bukan merasa benar sebagai pecinta Persija. Saya hanya mengajak teman2 Jakmania untuk tidak melupakan sejarah Jakmania dan menghargai jasa2 para pendiri Jakmania. kemudian kepada komunitas yang memiliki “Dirigen” untuk dapat menyamakan dengan apa yang dilakukan dirigen utama dalam memberikan dukungan. Sehingga kita dapat membuat semangat para pemain Macan Kemayoran Persija, dan menjatuhkan mental lawan yang dihadapi dengan satu suara yang kita miliki.

Khusus yang saya hormati para Koordinator Lapangan yang bertugas, tulisan ini bukan suatu pukulan buat kalian. Tapi tulisan ini hanya sebagai saran saya sebagai Pendukung Persija biasa kepada para Korlap dalam melaksanakan tanggungjawabnya. Semoga dapat memberikan arahan yang baik serta dapat menjadi pantutan kepada kawan-kawan Jakmania lainnya. Terima kasih atas kontribusi kalian selama ini.

Untuk semua elemen Persija mari kita satukan suara untuk mendukung Persija. Introspeksi diri kita, komunitas kita dengan baik agar semua yang kita lakukan dapat pencitraan yang positif bagi masyarakat.  semoga Persija Juara dan Jakmania dapat menjadi Sporter percontohan baik bagi para sporter lainnya yang ada di Indonesia.

Kami Ada Karena Persija.

Kami Ada untuk Persija.

Kami bersatu buat Persija.

Persija…Persija…Persija…..

5 thoughts on “Introspeksi Masing-masing

  1. artikel yg bagus bro..

    Jika ingin menjadi besar jangan pernah lupakan pada pendahulumu
    Jika ingin menjadi besar jangan pernah menjadikan perbedaan sebagai halangan
    Jika ingin menjadi besar jangan pernah lupakan penerusmu

Leave a comment