ABu-abu dan Ayu Tingting

Tema malem ini adalah.. Ayu Tingting

Ceritanya, sekitar jam 11an malem tadi, tahap akhir kerjaan gua sukses nyaris tanpa premature, ga pake basa basi langsung deh gua sarangin tuh file pdf yang ada di hardisk computer gua ke dalem flashdisk mungil berwarna abu-abu*.

Sampe disini, bukan berarti gua bisa langsung jingkrak-jingkrak, dengan nada ceria atau masang tampang senyum ke semua orang, karena pagi-pagi banget gua udah harus kembali beraksi, buat titipin tuh USBdisk ke marketing tempat majalah yang gua kerjain ini dicetak. Dengan kata lain, kesempatan untuk balas dendam tidur malam ini, terancam gagal.

Sinyal di otak gua rada ga terima sama kondisi yang mulai mengacam kenyamanan tidur pagi ini, dan mulai menampakan protesnya, sepertinya hati gua juga mengangguk, dan ikut bergabung dengan otak yang baru saja menggelar unjuk rasa “kalo gini ceritanya berarti jatah begadang gua harus nambah dong”.. ga, gua ga terima, otak dan hati gua mulai kompak dan gencar berunjuk rasa.

akhirnya, demi mensejahtreakan tidur gua pagi ini, gua beraniin diri bilang ke pemred gua, untuk nganterin materinya malam ini juga kepercetakan, jadi ga perlu nunggu besok, karena gua sendiri masih belom yakin – yakin amat akan bisa bangun pagi.. hehehe.. “yahh,, itung-itung jalan jalan sekalian biar kita tau kaya apa sih percetakannya”.. radar keculasan gua mulai menunjukan taringnya. hhehehe..

“lah ayok kalo mao mah, gua oke-oke aja“.. sang pemred menjawab dengn semangat.. “sekalian cari makan ye”, bayu yang udah siap-siap pulang, ikut menimpali. sekaligus menggagalkan diri untuk pulang, karena mao ga mao dia juga harus ikut.

Jadilah malem itu, kita berangkat ke percetakan, entah dimana tempat dan alamatnya, karena dari ketiga orang sotoy ini ga ada 1 pun yang tau di mana lokasi percetakan itu berada, emang sih ada kartu namanya, tertulis di Jl. Aria Kemuning no, 10, Kp Pengasinan bla..bla…bla, Tapi tetep aja ga bisa ngebayangin di mana posisinya, orang ada alamat itu aja baru denger sekarang, setelah baca tuh kartu nama. 😀

gua sempetin menghubungi dulu no tlp yang tertera di kartu nama tersebut, Sekedar pengen tau apakah masih bisa bertamu malem-malem. Dan ternyata, orang-orang produksi memang bekerja sampe malam setiap harinya. kayakinan untuk pergipun bertambah bulat.

Dengan gaya khas orang-orang sok tau, setelah meyakinkan diri, dan dengan berbekal kartu nama yang ada, serta bayangan akan lenyapnya tidur nyenyak malam ini, kitapun berangkat menggunakan mobil milik sang pemred. Perlahan mobil Grand Livina warna abu-abu* yang gua dan kedua temen gua tumpangi, berjalan perlahan meninggalkani kantor gua di Jl, riau menteng, menuju ke Jl. Thamrin, melewati bunderah HI, lalu melenggang cepet menuju semanggi dan masuk di pintu tol senayan. Jalan, cukup sepi dan lengang, karena memang udah cukup malem, sampe akhirnya sampe di Bandara Soetta.

Disini, kebingungan mulai merasuki otak kita masing-masing, dan aksi yang pertama kita lakuin adalah, memasang jurus sok tau, dan berhasil, yup kita sukses dengan nilai tertinggi nyasar di tahap paling awal. weww..

Setelah beberapa kali kesasar dan hanya muter-muter di area bongkar muat kargo terminal 3 bandara Soetta, akhirnya kami putusin untuk bertanya sama tukang ojek yang sedang mangkal di sekitar situ. Cukup panjang dan detail, tukang ojeg menerangkan dengan begitu jelas, arah jalan yang kita maksud. Dan seketika bulan terasa begitu terang, langit cerah, meski saat itu gerimis sedang turun perlahan.

Kita lanjutin perjalanan, kali ini cukup lancar, berkat tukang ojeg yang baik hati tadi. Kalo boleh ngasih nilai untuk tukang ojeg yang tadi, nilainya 100, sempurna.. Karena tak selang berapa lama, kita berhasil keluar dari area bandara Soetta ke arah Tangerang.

Plang jalan warna Ijo, tampak senyum di balik dedaunan basah yang rindang. Plang yang berisi beberapa kalimat, yang mengantarkan gua masuk ke dunia penuh senyum, gua rasa 2 temen gua sama. Kota Bumi – Priuk , sebuah kalimat pendek, persis seperti yang taidi disebut sama sang petunjuk. Mempertebal keyakinan dalam batin gua, ga mungkin lagi nyasar. 🙂

Prediksi memang tak selalu benar, termasuk soal anggapan kalo kita ga akan nyasar, karena nyatanya, kebingungan masih tetep memenangkan pergulatan kami malem itu. Sampe akhirnya, ketidakyakinan akan kebenaran arah yang kita lewatin, membawa gua terdampar di sebua mini market. Sekaleng cappucino dan sebungkus wafer, menjadi pengobat kebimbangan gua.

Dimini market ini, kita sempetin tanya lagi ke tukang parkir yang ada, kembali di beri penjelasan, lewat ini,, belak ke sini, nanti ketemu ini, belok ke sini, tapi jangan ke situ.. bla..bla..bla… penjelasannya lebih panjang dari orang petama yang gua tanya, jadi, meskipun gua mengiyakan, tapi sesungguhnya gua justru makin bertambah bingung…

okelah, makasi pak atas petunjuknya, walaupun gua sendiri ga ngerti, dan pelan-pelan, pemred gua yang megang setir, kembali memacu kemudinnya, berjalan sekenanya, mengikuti petunjuk si tukang parkir tadi sewaktu dimini market.. dan setelah beberapa meter berjalan opss.. sepertinya kita kelewatan deh, dan ternyata bener, kita klewat cukup jauh dari yang seharusnya kita belok. Dan dengan terpaksa harus puter balik.

Yup.. sekarang kita dah belok, dan semoga ini adalah jalan yang benar.. setelah jalan berliku, naik turun, melintasi jembatan, sampe akhirnya kita berada di pertigaan lampu merah, lagi-lagi 3 orang yang ada di dalem mobil, cuma melongo tanpa tau harus ke mana. kiri atau kanan?. kanan atau kiri?, masing2 dari kami bertanya, tanpa ada satupun yang menjwab.

Keputusan akhirnya kita berbelaok ke kiri… meskipun udah belok, tapi semua ga yakin kalo yang kita lewatin adalah jalan yang benar. Akhirnya menepi dan memutuskan untuk menghubungi kantor yang kita tuju. yang ngubungin adalah manusia gila yang sok tau, hehehe, gua yang jadi juru telepon menghubungi security kantor itu.

gua: halo selamat malam, dengan printindo?
satpam, “ia bener”
gua: “pak maaf, saya yang tadi telepon, kita udah di depan kantor pemadam kebakaran nih, sekarang ke arah mana ya? di depan ada petigaan sih.. kita ambil kiri apa kanan ya pak, dari pertigaan yang ada di depan kita.
satpam: “bapak lurus aja” jangan belok-belok
gua: “Aloww”.. ??? gubakkk kan di depan ada pertigaan, nabrak dong, (gua membatin)

Auah gelap, daripada setres gua kambuh, mending gua kasih tuh HP ke si Hamzah untuk ngelanjutin pertanyaan ke sang satpam, dan sebagai pelampiasan kesesalan, akibat obrolan di tlp yang ga nyabung, akhirnya gua buka minuman kaleng yang tadi gua pesen, dan gua minum langsung habis.. lebih seger dari suara di telepon yang justru makin bikin gua melongo, karena disuruh nabrak tembok yang tepat di depan mobil. Gua ga tau apa yang selanjutnya di perbincangan dalam hp, antara si Hamzah dan Satpam, yang gua tau, ternyata kita kembali kesasar.

kembali puter balik, dan mengambil arah berlawan dari posisi sekarang, karena ternyata, jalur yang benar adalah belok kanan setelah pertigaan lampu merah yang barusan aja kita lewatin..

balik kanan grak, selanjutnya. si Hamzah dengan pedenya memacu mobil. hasilnya? lagi-lagi kita bablas, tanpa tau kita sedang berada di mana.. yg gua liat dari balik kaca yang berembun adalah, sekitar gua gelap, sepi bangat, jalannya kecil dan miring-miring ga rata. tanpa ada manusia yang berkeliaran, satu-satunya yang kita bisa tanya adalah insting yang berhsil meyakinkan diri kita masing-masing bahwa kami bertiga telah mengulagi hal yang sama. k e s a s a r r.

Udah yang keberapa, nyasar kali ini, entahlah.. ga penting, Yang jelas kita buru2 cari putaran untuk segera berputar arah, dan mencari belokan kekanan sesuai petunjuk suara di telepon tadi.

belokan yang dimaksud mulai tampak, tanpa ragu mobil berbelok ke arah kanan melewati jembatan kali. ambil lurus, dan ketemulah jalan yang sedari tadi kita cari, JL. ARIA KEMUNING tampak berdiri anggun tepat di sebelah kiri gang, terlihat mempeseona pagi itu. huhhh akhirnya.. dan dengan perasaan senang berbeloklah kita kekiri masuk ke dalam gang yang persis seperti yang tertera di lembar kartu nama. yuhuhu

Tampak angka 5 terpampang di salah satu bangunan (mirip gudang/pabrik), sebuah isyarat bahwa kita akan sampe, karena idelanya hanya 5 dari gedung yang kita lihat saat ini, gedung yang kita tuju pasti akan kita jumpai, ya no 10..

No. 3. lah ko malah mundur.. ?? gedung berikutna tanpa nomer, gedung didepannya tampak seperti tanpa penghuni, horor menn.. Sampe melewati bangunan dan gedung atau gudang, sampe akhirnya mentok di ujug gang, dan ga ada satu pun bangunan dengan pintu yang berhias angka 10. weww…

kebingungan makin memuncak, sepertinya kalah tertindih oleh rasa penasaran yang seperti ingin kluar dari ubun-ubun. dan memutuskan untuk putar balik, mencari angka 10 yang penuh misteri dari awal lagi. dari nol lagi, mengeja satu-satu tiap bangunan di sisi kiri dan kanan. dan kembali kami tidak menemukan angka yang di maksud. padahal jelas-jelas kalo gang yang udah beberapa kita puterin bernama Aria kemuning… atau jangan-jangan ini kemuning yang laen.

Stelah lebih dari 4 kali kita berpuar-putar di tempat yang sama, dan posisi kini adalah mengarah balik lagi ke jalan pertama kali kita masuk gag. kebuntuan akhirmnya memasuki persendian kita masing-masing bersama dinginnya malam itu. memutuskan untuk berisitirahat dan menepi di depan pintu gerbang salah satu gedung. Bertuliskan angka 11.

tampak seorang penjaga gedung dari balik jeruji besi, persis sepeti dalam sel.. begaya a la DJ, dengan headset yang masih menempel di kuping. kita putuskan untuk bertanya kapada satu-satunya manusia yang kita jumpai.

adalah Bayu, yang bertanya ke penjaga gedung yang lebih mirip seorang DJ itu, “disini sih nomernya ngacak pak, coba bapak lurus ke kanan, sampe mentok belok kanan trus dipertigaan ambil kiri lagi, lurus terus nanti ketemu gardu listrik”… sambil terusin goyangin kepala, si penjaga nyerocos setelah dibrondong beberapa pertanyaan sama si Bayu, termasuk “dimana letak gardu listrik?”.. gua tebak, si penjaga lagi dengerin Alamat Palsu lagunya Ayu Ting ting.. cocok kan sama kita yang lagi nyasar bingung cari alamat. 😀

Sbuah harapan terakhir, setelah penantian yang panjang. Tanpa ada pilihan lain, akhirnya kita ikutin petuah sang DJ, ops.. maksudnya sang penjaga gedung no 11, yang adi di tanya si Bayu.

Kembali puter balik, entah ini yang keberapa.. lurus sampe mentok, ambil kanan, ambil kiri lagi, lurus kembali belok kiri. dan.. tampaklah sebuah gardu listrik yang cukup besar. sebuah tanda yang mampu meyakinkan diri untuk membuang semua lelah yang ada. karena ga jauh dari gardu itu, tampak seorang pria clingak – clinguk, gelisah, yang sepertinya juga menanti kedatangan kami.

langsung membuka jendela kaca “Selamat malam, Printindo ya pak?”. Hamzah bertanya ke pria yang kini tepat berdiri di samping mobil. “iya bener pak” si bapak menjawab dengan semangat, “ini yang tadi tlp ya?” si bapak mlanjutkan pertanyaan,,  “iya pak” kali ini kompak orang yang di dalem mobil menjawab serempak.

Lega bangat rasanya.. akhirnya setelah perjalann panjang, entah berapa kali kesasar.. akhirnya sampe juga kita.. di pintu garis-gari berwarna abu – abu*. kerennnn.. 😀

kita ber tiga masuk ke dalam gedung yang bergaya minimalis, kontras dengan beberapa bangunan di sebelahnya yang mirip bangunan kuno. oke, kita naek ke atas aja ya, ajak salah satu karyawan yang berseragam abu-abu*.

Memasuki lorong, melewati beberapa pintu, dan beberapa anak tangga,
akhirnya sampe lah kita di ruang pracetak, untuk menyerahak hasil kerja gua tadi.. Setelah mengcopy file di dalem flashdisk, dan sedikit basa-basi, kembali kita turun, menuju ke parkiran.

Dan.. selesailah sudah misi kita malam ini..

Selanjutnya kembali menuju ke kantor di kawasan Thamrin. Sepertinya ga banyak yang perlu di ceritain selama proses kepulangan, selain sekali kami kesasar dan menyempatkan makan mie rebus di warung langgnana deket kantor.. hahaha, jauh-jauh jalan makannya deket kantor juga.. selebihnya membenamkan badan di kasur dan menunaikan janji untuk mensejaahterkan tidur gua pagi ini. dan ga harus memaksa menyadarkan diri bersama serombongan embun dan beradu dengan proses lahirnya mentari yang lahir dari rahim langit..

Selamat pagi…  Zzzzz..zzZZzzZZ

*) Abu-abu : 4 hal yang berkontribusi dalam ke seng-sasaran gua dan kedua temen kantor gua malem ini. 

One thought on “ABu-abu dan Ayu Tingting

  1. Pingback: Kegilaan itu Berada di Dalan Kantor |

Leave a comment