catatan [ter]pinggir

Hi.. apa kabar… gimana keadaan Sanggar Daun sekarang??

Bughh… seolah ada sekepalan tangan besar, bersarung tinju dengan otot sangat kekar menimpa di kepala saya, tiap kali mendengar pertanyaan tentang kegiatan di Sanggar yang memang saya rintis sejak pertengahan taun 2005 lalu. Entah pertanyaan yang lewat telepon, email, sms apalagi saat bertatap muka… Kerap membuat telinga saya serasa di sambar petir tiap kali pertanyaan serupa mampir…

Sejujurnya saya bingung harus menjawab apa. Padahal itu hanyalah menanyakan pertanyaan sederhana, bahkan biasa saling kami sampaikan manakala bertemu atau sekedar teleponan. Sepenggal kalimat sederhana dan kadang menjadi bahan pembicaraan yang menarik untuk saya ladeni saat ngobrol dengan teman-teman yang berkegiatan sama dengan saya.

Lalu mengapa pertanyaan-pertanyaan semacam itu mampu membuat saya merasa sebegitu bingung, parahnya membuat saya merasa kerdil? tidak lain adalah ketika ada orang yang bertanya soal itu keadaan sanggar yang saya kelola dalam keadaan yang kurang baik, sepi  kegiatan, tanpa kontrol yang jelas, bahkan perpustakaan yang ada lebih sering dalam keadan tertutup tanpa adanya pengurus. Ironis memang, tapi itu kenyataan yang tisak bisa saya tawar, keadaan yang suka ga suka, mao ga mao harus saya lewati… Sebuah momentum yang sebenernya tidak terlalu lama –sekitar 3 bulanan– tapi terasa begitu lama dan sangat  berat membebani pikirian saya.

Padahal tiap kali saya memikirkan masalah itu,tiap kali juga saya berfikir untuk segera lari lalu berontak dan kembali bangkit, atau sekedar berdiri pelan-pelan membangun kembali suasana dan aktifitas yang dulu sempat terbentuk. Tapi kadangkala saya hanya bisa terdiam tanpa tau apa yang harus saya perbuat. Keterbatasan waktu, tidak adanya teman yang bisa di ajak untuk merealisasikan membuat saya harus berfikir sendiri.

Ditengah kecamuk antara kesadaran akan ketidak mampuan dan begitu banyaknya pertanyaan yang membuat saya dilanda kebingungan, pelan-pelan saya coba menghubungi teman-teman di komunitas lain, berharap ada sebagian dari mereka yang ingin membantu saya untuk kembali menjalankan aktifitas di Sanggar Daun. Gayung pun bersambut, ada beberapa komunitas yang ingin mengadakan kegiatan dan memilih sanggar daun sebagai lokasi kegiatannya.. ehmm… kali ini saya tidak sendirim ternyata masih banyak orang-orang di luar sana yang begitu peduli… Hal ini membuat saya yakin kalo saya bakal mampu untuk kembali berbuat sekecil apapun untuk kemajuan sanggar daun dan anak-anak yang ada didalamnya…

Kesadaran lain yang timbul adalah bahwa ternyata manusia itu memang amat saling membutuhkan satu dengan yang lain. Niat dalam diri yang begitu kuat-pun ternyata kadangkala tidak cukup. Perlu dibutuhkan suatu lingkungan luar yang juga mendukung  niatan pribadi tersebut saat berada dalam lubang kejenuhan. karena pada dasarnya tiap orang pasti (entah kapan) akan menemui yang namanya titik jenuh. Dan pengalaman menghadapi kejenuhan tersebut membuat saya berfikir, Idealnya niatan itu harus dibarengi dengan yang lainnya, sekuat apapun niat dari dalam diri saja, rupanya hanya menjadi cerita bila tidak ditunjang dengan lingkungan yang mendukung dan saling bersinergi.

Jika dengan sepenggal kalimat sederhana saja mampu menyadarkan diri saya dan memicu keyakinan saya, untuk bersemangat memulai kembali kegiatan di snggar daun. Meski saya hanya sendiri dalam mengelola tapi saya yakin masi banyak orang-orang yang punya pemikiran yang sama dan niat tulus untuk membantu.

Semoga dengan saya menulis catatan [ter]pinggir ini, akan memusnahkan keputus asaan saya untuk terus berbuat sesuatu untuk sebagian anak-anak Indonesia yang kebetulan ada di sanggar daun. Mungkin juga ga akan lelah untuk mengajak siapa saja untuk turut membantu dan menjadi bagian dari sanggar, walaupun saya sediri sedang dalam usaha yang keras untuk kembali memupuk semangat dalam diri saya.

Leave a comment