Ketika Seorang Pejabat Melintas

Terik menembus kaca penutup helm, bercampur dengan butiran keringat yang perlahan menetes di tepi wajah. Beribu kendaraan berjalan gontai, menembus inchi demi inchi sesaknya jalan.

Siang ini memang ada yang berbeda, jalan sepanjang jalan antara Ps. Minggu menuju pancoran  macet menggila, sangat kontras dengan hari biasanya yang meskipun ramai tapi tidak padat merayap. Suara kelakson bersautan beradu kencang dengan suara kenalpot kendaraan.. Membangkitkan siapapun yang berda di tengahnya akan bertanya dalam hati, ada apa gerangan? Termasuk saya sendiri.

Pak polisi berjajar di sepanjang trotoar, berdiri tegak pertiap 5 meter, dengan HT dan bersergam lengkap. Pertanyaan kedua yang timbul adalah, mereka sedang apa ya?.. entah lah.. Saya hanya fokus untuk secepat mungkin keluar dari jebakan “batman” di tengah hari bolong.

Banyaknya mobil yang ingin balik arah di beberapa titik putaran memperparah keadaan. Di beberapa simpang jalan memang terlihat beberapa orang petugas lalin, tapi ini ga mengobati keadaan jalan yang -menurut saya- sudah kronis, macet stadium 3. Sepertinya sulit untuk di urai apalagi di obati dengan waktu yang singkat.

Makin mendekati simpang pancoran, jalan bukan malah lancar, sebaliknya kondisi jalan makin luar biasa macetnya, makin menjadi-jadi. PAMER SUSU (Padat merayap susul-susulan), menjadi kata yang tepat untuk mengilustrasikan kondisi tersebut. Antrian mobil, angkot dan motor yang bringas saling berebut, menjadikan kondisi makin tak beraturan. #kusuttt…

Saya masih terus merayap, menunggang si hitam (panggilan motor kesanyang) di tengah padatnya kendaraan. Dari kejauhan terdengar samar suara sirine. Selang beberapa detik kemudian, suara sirini mekin jelas menusuk telinga, berbarengan dengan terlihatmya iring-iringan motor voorijder dan beberapa mobil jip dengan sirine yang menyala, di jalan yang berlawanan arah dengan yang saya lewati, disusul beberapa mobil mewah, yang di apit juga oleh motor voorijder. Sayang iring-iringan tersebut melintas begitu cepat, jadi saya ga sempet liat nomer seri mobil mewah berwana hitam tersebut. Meski begitu, saya yakin yang melintas pastilah pejabat tinggi negeri ini. entah siapa…

Terkuaklah sudah, apa penyebab dari kemacetan yang -tumben- begitu sadis siang ini. Karena jalan yang seharusnya lancar, sengaja di tutup dengan waktu yang cukup lama, maka beribu kendaraan menjadi bertumpuk, yan gujung-ujungnya terjadi kemacetan jalan hingga berkilo-kilo meter.

Ya… Sebagai besar penghuni Jakarta pastilah pernah merasakan hal ini, mengantri lama di atas kendaraan di tengah jalan, kalaupun tidak terhenti, seperti yang tadi sya bilang, pastilah “merayap”. Ini disebabkan karena jalan sengaja di tutup oleh petugas dengan alasan ada pejabat yang akan lewat.

Satu waktu saya pernah berda di kondisi serupa, bahkan sampai tiga kali lampu rambu berwarna hijau, baru jalan kembali di buka seperti semula, padahal iring-iringan pejabat yang akan melintas ga lebih dari 2 menit saya rasa.

Kalo sendainya saya di tanya, kesel atau ga dengan kejadian siang ini, dengan amat lantang saya akan menjawab; Gondog (pake G).

Pejabat melintas
Kemacetan jalan tercipta
berkilo-kilo meter panjangnya
menjebak beribu motor dan mobil 

Pengemudi menggugat
supir angkot menggugat
pengendara motor menggugat
tapi hanya dalam hati.

Saya pun begitu… 

Leave a comment