dongeng negeri “Bola”

Alkisah , tersebutlah sebuah negeri bernama negeri Pessi yang sangat kaya lagi makmur, kehidupan rakyatnya sangat damai, dan hampir seluruh rakyatnya mencintai permainan bola sepak. Konon, membuat negeri ini kesohor lantaran kepandaian rakyatnya dalam bermain bola sepak. Kabar kemasyurannya pun hingga terdengar ke beberapa negeri tetangga. Bahkan hampir menjadi perbincangan di seantero jagad raya.

Sayangnya, negeri tersebut dipimpin oleh seorang raja yang sangat haus akan kekuasaan dan harta, ia akan melakukan segala upaya untuk memperkaya dirinya sendiri, bahkan tak segan hingga menindas dan membuat sengsara rakyatnya demi kepuasan dirinya. Raja yang angkuh lagi picik tersebut bernama Enha.

Enha mempunyai  seorang penasehat  yang sangat setia bernama Belus. Syahdan, Belus adalah orang yang sangat pandai bicara juga licik, bahkan tak jarang  ia membalikan fakta, dan memfitnah seseorang demi membela majikannya, tak peduli benar atau salah. Belus bebas berbuat semaunya tanpa disertai sang tuannya. Bila ia berkata, seluruh negeri seakan terbius dan tunduk oleh perkatannya.

Suatu ketika, dalam sebuah pertandingan antar negeri, tanpa sepengetahuan rakyatnya, diam-diam sang raja sengaja memenangkan pihak lawan, tujuanya, hanya untuk memenuhi nafsu menumpuk kekayan pribadinya. Perasaan sedih menyelimuti rakyatnya, karena kekalahan yang dialami tim negeri pessi. Kejadian serupa kerap terjadi dalam beberapa pertandingan. Hinga menimbulakn banyak pertanyaan di kalangan rakyat.

Setelah bertahun-tahun Enha memimpin Negeri Pessi, tidaklah kemajuan yang dialami rakyatnya. Adapun Cerita keperkasaan tak lagi ada, berita kemasyuran seperti dulu tinggal cerita. Kekalahan demi kekalahan kerap dialami oleh negeri Pessi.

Dari sehari ke sehari, sepak bola di negeri Pessi semakin melemah.  Negeri tetangga yang dahulu gentar hanya mendengar namanya saja, kini telah mampu mengalahkannya. Awan mendung menyelimuti negeri Pessi, sambaran halilintar mengenai tiap penjuru negeri itu. Tapi sang raja yang angkuh tetap tak perduli dengan kejadian semua ini. Kejadian demi kejadian membuat rakyat semakin bingung dan bertanya tanya. Apa gerangan yang sebenarnya terjadi?

Rakyatpun mencari tau kejadian yang sebenarnya, lambat laun mereka mengetahui, kalau penyebab kekalahan negeri Pessi bukan tidak lain, karena ulah sang rajanya sendiri, Enha diketahui menerima sogokan dari tim lawan, demi untuk kekayaan pribadinya. Hal tersebut menimbulkan kemarahan besar, seluruh rakyat kecewa dan sangat marah.

Hinga disuatu hari, rakyat melakukan pemberontakan, rakyat ingin Enha tidak memipin ngeri mereka lagi, menginginkan seorang pemimpin yang jujur, dan peduli terhadap kemajuan sepak bola di negeri Pessi seperti dahulu.

Namun berbagai usaha yang dilakukan oleh rakyat untuk menurunkan raja tak lantas membuahkan hasil, justru sang raja makin sombong dan makin tak tau diri. “Saya tidak akan pernah mau mundur dari kursi kekuasaan ini, apapun yang terjadi, siapapun yang berniat menurunkan saya dari kerajaan ini, musnahkan mereka… BUNUH” ucap raja suatu ketika didepan para pengawalnya.

Ditengah rasa sedih dan keputus asan rakyat, mereka teringat pada sesorang pandai yang sakti mandraguna. Seorang pemuda yang sangat gemar mengembara ke tengah hutan yang tinggal disebuah bilik di pinggiran sungai. Kesaktian dan kearifan pemuda tersebut tak perlu di ragukan, hanya dengan berucap mantra, niscaya semua yang diinginkannya akan terkabul.

Setelah semua penghuni desa setuju, beramai-ramai rakyat mendatangi si pandai tersebut guna meminta pertolongan. Sesampainya di depan bilik, tampaklah seorang pemuda yang sedang duduk bersila seorang diri dengan mata sedikit terpejam, seraya berkata “apa tujuan kalian datang kemari?” Salah seorang dari mereka menjawab, dengan nada memelas ia berkata “wahai pandai, tolonglah kami, selamatkan negeri Pessi kami, selamatkan rakyat kami, selamatkan nasib bola sepak negeri kami, kami mohon beri pelajaran kepada Enha”

Kemudian si pandai kembali berkata “wahai rakyat negeri Pessi, sabarlah, dalam waktu yang tak terlalu lama lagi, seluruh kebenaran angkat terungkap, dan kita akan membuktikan bahawa kebenaran yang akan jadi pemenangnya, aku akan coba bantu kalian menurunkan Enha demi negeri ini” mendengar perkataan si pandai, rakyat saling memandang satu sama lain dengan senyum yang menghiasai wajah mereka. “kalian pulanglah kerumah masing-masing, masalah ini biar saya yang akan menyelesaikannya” si empunya rumah berkata, sebelum kemudian rakyat pulang kerumah masing-masing, sambil berharap si pandai dapat menyelesaikan masalah ini.

Tak lama berselang sang pandai mematuhi janjinya, dengan lembut dan penuh keluguan sang pemuda yang sakti, mendatangi kediaman sang raja dan meminta sang raja untuk turun dari jabatannya. Namun seperti yang sudah dikira, Enha menolak permintaan si pandai, dengan sangat angkuh berkatalah sang raja “saya tidak takut pada siapapun di negeri ini, saya akan malakukan apa saja demi mempertahankan semua ini, meski harus dengan membunuhmu“ ucap sang raja.

“Wahai Rajaku sadarlah, kalau kau tak mau mendengar ucapanku, aku akan memohon kepada yang kuasa untuk membuatmu tak bersuara sepanjang usiamu”  balas sang pemuda dengan nada pelan. Apa yang diucapkan si pemuda, membuat sang raja geram “silahkan kalau kau bisa, aku tidak takut” ucap raja seraya menantang.

Seketika awan menyelimuti negeri Pessi, halilitar bergemuruh dari balik langit yang hitam, seketika itu pula Enha tak lagi terdengar suaranya, meski berkali-kali ia berusaha untuk berteriak, namun usahanya sia-sia. Ia hanya bisa menggerakan bibir tanpa ada sedikitpun suara yag keluar. Kemudian sang raja membungkuk sambil merapatkan kedua tapak tangan lalu ditaruhnya di wajah antar kening dan hidung, memohon kepada si pemuda untuk dikembalikan seperti semula dan bisa besuara lagi.

Si pemuda  pandai lalu berkata “aku akan mengabulkan permohonanmu, dan segera mengembalikan suaramu seperti sedia kala, tapi dengan syarat, kau tidak boleh lagi memimpin negeri Pessi ini, lalu semua harta yang kau miliki harus segera diserahkan kepada rakyat, dan kau juga harus mengabdi, dan menjadi tukang potong rumput di lapangan bola sepak negeri ini” perkataan si pemuda di sambut Enha dengan anggukan kepala, tanda setuju.

Kabar mundurnya Enha dari kekuasaannya terdenger ke seantero negeri. Rakyat merasa senang, apalagi, dikabarkan bahwa seluruh hartanya akan diserahkan dan sepenuhnya menjadi milik rakyat.

Setelah Enha tak lagi memimpin, seiring berjalannya waktu bola sepak di negeri Pessi mengalami kebangkitan, kembali berjaya dan tersohor di hampir seluruh penjuru jagat raya.

Enhapun sadar dan menyesali perbuatannya selama ini. Namun begitu Ia merasa sangat gembira, karena dijinkan untuk tetap menjadi bagian dari bola sepak di negeri Pessi, meski hanya menjadi seorang tukang potong rumput lapangan.

Sesuai janjinya, Enha melakoni tugas sebagai tukang potong rumput sepenuh hati sepanjang usianya.

Leave a comment